Bintang, apa
kabarmu? Aku merindukan terangmu.
Maafkan aku karna aku sempat tak
memperdulikan seluruh manifestasi langit, termasuk juga kau bintangku. Aku
ingin bercerita tentang aku kini dan aku mohon jangan berpura-pura tuli untuk
malam ini.
Masih ingat
dengan langit bisu yang pernah aku ceritakan dulu?? Yang pernah memberiku
implisit sayang dan aku sempat lelah untuk menunggu sayang itu menjadi sesuatu
yang riil? Ah mungkin saja aku yang terlalu banyak berharap. Kau bilang “Sayangilah
orang yang menyayangimu”. Tapi bintang, kenyataannya berbanding terbalik. Aku
belum bisa menyayangi dia yang kini menyayangiku. Aku tau dia sudah lama
menuggu. Aku tau dia sudah banyak berkorban untukku #enggak juga sihh__ :D
Aku tak merasa
bahagia dengan ini semua, apa kau tau itu? Seringkali aku bercermin di depan
kaca dan memutar-mutar ke-dua bola mataku dan batinku selalu bertanya-tanya
“kenapa aku selalu ragu untuk memberikan sayangku untuknya?”. Bintang, apa aku
sama denganmu sekarang, apa kita sedang berada dalam keadaan yang sama bintang?
Pernah kau alami hal seperti ini dengan kejora mu?
Taukah bintang,
aku telah lama bermain bersama jiwa yang hening, sunyi, dan senyap. #huhu.... terdengar menyedihkan bukan??. Di
sana aku berfikir tentang skenarioku kini. Bintang, apa aku sekarang sedang
salah bersikap? Atau aku sedang salah menaruh sayang? Ah... terlalu banyak
khayalku yang terbuang sia-sia dan juga realita yang mendidih dan terbakar.
Sungguh, aku lelah bintang. Sampai kapan aku meng-elukan namamu di tengah
sayang langitku? Haa!! Kepada siapa lagi aku harus memberi kunci ruang yang aku
tempati kini?? Bagaimana aku bisa berjalan menuju sinar terangmu, wahai
bintangku??
Bukankah kamu
juga pernah mengatakan, terkadang ada bahagia yang tak pernah bisa kita
representasikan. Tapi, aku sekarang juga tak tau sebenarnya aku sedang berada
dikondisi bahagia yang mana. Bahagia semu mungkin. Sebentar ada, sebentar
hilang. Bintang, lihat mataku, kini mataku sering berembun. Entahlah, semua
terasa begitu kelu. Sudah berusaha untuk meninggalkan surga yang aku ciptakan
sendiri. Tapi sia-sia rupanya, aku kembali merangkai surga buatan itu. Hwhwhwhh....
Langit tak
pernah mengerti dengan sangkarku, bebasku. Bintang, aku ingin malam ini saja
pedulikan aku. Agar aku sedikit merasa bahagia dan tak mngicipi surga bualanku
itu. Salahkah jika aku sempat berfikir untuk menghabiskan malam bersamu,
bintang? Saat kejoramu dan langitku sedang terlelap, pinjamkan aku bahumu dan
perdengarkan aku dengan alunan melodimu. Lalu, setelah aku terlelap, kembalilah
kamu pada kejoramu dan kembalikan aku pada langitku. Bintang, jangan tanyakan
perbandingan sayangku terhadap langit dan dirimu, aku menyayangimu dengan
implementasi yag berbeda dan hanya Tuhan yang tau tentang teka-teki manifestasi
langit.
Hanya ada kepekaan
untuk merangkai angan-angan. Karena aku manusia yang penuh dengan ilusi dan langit hanya
terpaku pada matahari terbit dan tenggelam, langit biru dan kelabu, hujan dan panas. Lalu
bagaimana aku menyatukannya?
***
Diaryku 04.10.13 (23.00 WIB)
0 komentar:
Posting Komentar