Pernah melukiskan roman picisan pada pilar rindu?
Berusaha menyisipkan huruf diantara bilangan biner.
Melabuhkan labuhan yang tak mempunyai dermaga.
Nyaris mustahil namun terdengar lebih realistis dari kawanan metafora.
Aku merasa sedikit gila.
Seperti bertemu pada Dementor berwajah manusia.
Lebih memabukkan daripada minum arak bersama bocah tua nakal.
Tak bisa memecahkannya dengan logaritma.
Tau kenapa?
Karena cinta memang bukan sekumpulan logika.
Aku menari dibawah remang lentera.
Berteriak namun tak bersuara.
Berusaha mencari jawaban dalam kilasan de javu.
Dimana perut bumi telah melumat cinta dalam kenangannya.
Menatap mata yang kehilangan cahaya.
Diantara pilar-pilar rindu.
Dalam jengah yang tak pernah tahu.
Cinta merenggut malu.
4 komentar:
follow back mal...
mari kita berkarya,
iya mbak.,
komen tulisanku yang lain juga :)
Eonni, bagus.
Ajarin aku bikin puisi juga dong.
Pengen....
bkin suasana good mood dulu...
soalnya aku sendiri juga gak bisa berkarya kalo lagi gak good mood.. hehehe
Posting Komentar