Disadari
atau tidak, sejak dua bulan sebelumnya, kita berdoa agar umur kita
sampai hingga bulan Ramadhan tiba. Doa itu kita ucapkan setiap selesai
shalat semata untuk mendapatkan berkah di Bulan Rajab, Sya’ban, dan agar
dipanjangkan umur kita hingga bulan Ramadhan tiba.
Lewat doa itu, terbayang
seakan-akan ada kekhawatiran bahwa umur kita tidak akan sampai pada
bulan mulia itu. Selain itu, juga terbayang sedemikian indah di bulan
itu, yang mana semua amal kebaikan kita dikategorikan sebagai ibadah kepada
Allah SWT.
Alhamdulillah… Allah mengabulkan
do’a kita semua.
Hari ini, kita telah memasuki
bulan istimewa dan mulia yang tak lain adalah Bulan Suci Ramadhan. Bulan yang
penuh rakhmat, ampunan, dan dijauhkan dari api neraka. (Subhanallah)
Di bulan Ramadhan ini,
sedemikian mudah kita mendengarkan suara ayat-ayat suci al Qur’an, tasbih,
tahlil, dan tahmid dilantunkan. Begitu pula, tempat ibadah sedemikian
indah dan menjadi ramai. Banyak umat islam yang berlomba-lomba datang ke masjid
untuk menunaikan sholat tarawih berjama’ah. Orang yang semula dengan berbagai
alasan tidak selalu mendatangi suara adzan, maka di bulan Puasa kebanyakan
orang berubah menjadi segera meninggalkan aktivitasnya, dan menyegerakan datang
ke tempat asal suara itu dikumandangkan.
Keindahan lainnya, orang
yang semula suka bergunjing, berbohong, menyusun strategi untuk menjatuhkan dan
atau mengalahkan temannya sendiri, bahkan juga korupsi, maka di bulan Ramadhan
kegiatan yang tidak terpuji itu berhenti. Kedamaian, kejujuran, ketulusan,
keikhlasan, dapat kita rasakan di mana-mana pada bulan suci Ramadhan ini.
(Alhamdulillah)
Pada bulan ramadhan, orang
juga berubah menjadi suka memberi dan atau berderma. Pada saat berbuka puasa,
di masjid-masjid menjadi banyak orang datang membawa makanan untuk berbuka
puasa bersama. Di bulan itu ada perasaan suka memberi dan berusaha meringankan
beban orang lain, siapapun orangnya dan tidak harus memilih. Memasuki bulan
Ramadhan, maka hati dan pikiran terasa menjadi lebih aman dan tenteram.
Saat ini, kita masuk dan berada
di bulan suci ramadhan. Kita menjadi tamu di bulan Ramadhan ini. Bulan yang
istimewa. Sebagai tamu, dan tentu sebagai tamu yang baik,
segala ketentuan tuan rumah atau pemilik rumah harus diikuti
sesempurna mungkin. Seorang tamu tidak boleh mengatur tuan rumahnya. Tamu ya
tamu. Posisi tamu selalu diatur dan bukan mengatur. Apalagi tamu ke tempat yang
mulia, ialah Bulan Ramadhan itu.
Bulan Ramadhan mengatur terhadap
siapapun yang datang sebagai tamu, agar berpuasa di siang hari. Pada malam
harinya para tamu dianjurkan untuk shalat malam, yaitu shalat tarawih, sholat
witir, dan juga banyak membaca al Qur’an, berdoa, dan lain-lain. Siapapun yang
bertamu di bulan Ramadhan tidak boleh melakukan apa saja yang merusak, baik
terhadap dirinya sendiri dan atau orang lain.
Ramadhan adalah bulan mulia, indah,
dan suci, maka semua harus melakukan hal-hal yang indah, suci, dan
terpuji.
Begitu indah dan mulia Bulan
Ramadhan. Siapapun yang bertamu dengan bulan mulia itu, maka
harus masuk dan juga keluar dengan hati dan pikiran yang bersih, penuh
suka cita, damai, dan ikhas. Suasana yang indah dan penuh kedamaian itulah
hingga menjadikan bagi siapapun yang bertamu dan mau menyesuaikan diri
dengan apa saja yang dikehendaki oleh tuan rumah, yaitu Ramadhan,
maka akan meraih derajad taqwa.
Sebagai tuan rumah, Ramadhan
tidak memerlukan debat sengit. Tuan rumah, yaitu Bulan Ramadhan menyukai
jiwa, hati, dan pikiran bersih, agar terjadi
suasana kedamaian sejati. Perdebatkan tentang saat masuk dan saat
keluar bulan itu tidak terlalu diperlukan. Ramadhan tidak menyukai
perdebatan, dan apalagi hingga melahirkan perpecahan. Ramadhan lebih menyukai
kedamaian. Para tamu saja seharusnya menyesuaikan diri dengan keinginan
Bulan Ramadhan yang indah dan mulia itu. Wallahu a’lam.
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA
1434 H
Ayah, Ibund, Adek di rumah, yuk
kita lomba deket-deketan sama Allah..??!!
0 komentar:
Posting Komentar