Ananda di sini selalu berdo’a dan berharap semoga Ayah, Ibund dan keluarga
di rumah selalu dalam bimbingan dan juga dalam lindungan Allah SWT.
Ayah… tadi sewaktu aku duduk di ruang tamu depan sendirian,
tiba-tiba aku merasa sepi dan gak ada kerjaan. Mau baca buku, semua buku juga
udah aku bawa pulang dan aku tata rapi di almari buku di rumah. Huft… #boring
Aku selalu inget kata-kata ayah “gunakan waktumu sebaik mungkin nak,
apalagi baca buku, banyak banged manfaatnya, semakin banyak buku yang kau baca
maka semakin banyak pula pengetahuan yang kamu dapat”. Dari situlah aku
mulai membiasakan diri untuk selalu membaca buku untuk mengisi waktu yang
kosong.
Bingung mau ngapain. Temen-temen pada puas, aku enggak. Temen-temen
pada ngaji, aku bengong sendirian. Temen-temen pada jama’ah di masjid depan
rumah, aku kesepian sendiri di rumah. Hufftt… sempet suntuk juga yah… gak ada
buku bacaan. Trus tiba-tiba mataku tertuju pada laptop pink pemberian Ayah 1th
lalu sewaktu aku duduk di bangku kuliah semester 2.
Langsung aku searching di google “amalan wanita haid”. Dan ternyata aku menemukan situs
pribadi yang menjelaskan tentang amalan-amalan wanita haid dan nifas saat ramadhan tiba. Pas banged yah
dengan yang aku cari. Ini nih 7 Amalan Wanita Haid atau Nifas di Bulan Ramadhan.
Let’s read together:
Pertama, Melakukan
Khidmat (pelayanan/ membantu) orang lain, terutama orang yang berpuasa
Sesungguhnya Khidmat,
seremeh apapun adalah amal shalih. Dalil yang menunjukkan Khidmat adalah amal
shalih adalah hadis berikut ini;
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kebaikan adalah sedekah. Dan di antara bentuk kebaikan adalah kamu menjumpai saudaramu dengan wajah yang menyenangkan. Dan kamu menuangkan air dari embermu ke dalam bejana milik saudaramu." (H.R.At-Tirmidz i)
Menuangkan air pada bejana saudara adalah jenis Khidmat (pelayanan). Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam menyebutnya termasuk Ma'ruf sebagaimana berwajah ramah juga disebut Ma'ruf. Sesuatu yang disebut ma'ruf adalah amal shalih, sehingga bisa dikatakan Khidmat adalah amal shalih.
Lebih utama lagi jika yang dilayani adalah orang yang berpuasa, karena melayani orang yang berpuasa dan meringankan pekerjaan/ kesusahan mereka bisa
membuat yang melayani mendapatkan ganjaran sebagaimana orang yang berpuasa.
Imam Muslim meriwayatkan;
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kebaikan adalah sedekah. Dan di antara bentuk kebaikan adalah kamu menjumpai saudaramu dengan wajah yang menyenangkan. Dan kamu menuangkan air dari embermu ke dalam bejana milik saudaramu." (H.R.At-Tirmidz
Menuangkan air pada bejana saudara adalah jenis Khidmat (pelayanan). Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam menyebutnya termasuk Ma'ruf sebagaimana berwajah ramah juga disebut Ma'ruf. Sesuatu yang disebut ma'ruf adalah amal shalih, sehingga bisa dikatakan Khidmat adalah amal shalih.
Lebih utama lagi jika yang dilayani adalah orang yang berpuasa, karena melayani orang yang berpuasa dan meringankan pekerjaan/
Dari Anas radliallahu
'anhu, ia berkata; Dulu kami pernah bepergian bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, dan di antara kami ada yang melaksanakan puasa dan ada pula yang
tidak berpuasa. Kemudian di hari yang sangat terik itu kami berhenti di suatu
tempat dan orang yang bisa berteduh hanyalah orang yang mempunyai pakaian,
bahkan di antara kami ada orang berlindung dari sinar matahari hanya dengan
tangannya saja. Maka orang-orang yang berpuasa pun berjatuhan. Maka orang yang
tidak berpuasa bangkit, kemudian mendirikan tenda dan memberi minum hewan
tunggangan mereka. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda:
"Hari ini mereka yang berbuka telah menuai pahala." (H.R. Muslim)
Dalam riwayat tersebut
dikisahkan bahwa dalam safar yang dilakukan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi
Wasallam dan Shahabat-Shahab atnya, orang-orang yang tidak berpuasa
melakukan Khidmat (pelayanan) kepada yang tidak berpuasa maupun yang berpuasa
dengan mendirikan tenda dan memberi minum air hewan tunggangan. Lalu Rasulullah
Shallalahu 'Alaihi Wasallam memberi tahu bahwa mereka yang tidak berpuasa dan
melakukan Khidmat itu menuai pahala. Maka hal ini menjadi dalil bahwa Khidmat
adalah amal shalih terutama sekali jika yang dilayani adalah orang-orang yang
berpuasa.
Dari sini, bukankah hal
yang mudah bagi wanita melakukan Khidmat dengan cara menyiapkan makan sahur dan
berbuka, berbelanja untuk kebutuhan makan, mengasuh anak, membersihkan rumah,
mencucui, menyetrika dan sebagaianya? Semua hal tersebut jika dilakukan karena
Allah tidak akan sia-sia karena, khidmat termasuk amal shalih dan bahkan wanita
bisa mendapatkan pahala yang setara dengan yang berpuasa jika dia melakukan
khidmat kepada orang yang berpuasa.
Kedua, mendorong orang lain beramal shalih
Kedua, mendorong orang lain beramal shalih
Mendorong orang lain
beramal shalih termasuk amal shalih dan membuat pelakunya mendapatkan pahala
sebagaimana orang yang beramal shalih tersebut. Dalil yang menunjukkan adalah
hadis berikut ini;
Dari Abu Mas'ud Al
Anshari dia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, jalan kami telah
terputus karena hewan tungganganku telah mati, oleh karena itu bawalah saya
dengan hewan tunggangan yang lain." Maka beliau bersabda: "Saya tidak
memiliki (hewan tunggangan yang lain)." Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang
berkata, "Wahai Rasulullah, saya dapat menunjukkan seseorang yang dapat
membawanya (memperoleh penggantinya)." Maka beliau bersabda:
"Barangsiapa dapat menunjukkan suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan
pahala seperti orang yang melakukannya." (H.R. Muslim)
As-Shon'ani menjelaskan
maksud lafadz "menunjukkan". Sebagai berikut;
"Menunjukkan bisa dilakukan dengan cara memberi saran kepada orang lain untuk melakukan kebaikan, atau memberitahu orang yang ingin melakukan kebaikan untuk mendatangi orang tertentu, atau memberi nasehat, memberi peringatan, ataumengarang buku yang mengandung ilmu bermanfaat".
"Menunjukkan bisa dilakukan dengan cara memberi saran kepada orang lain untuk melakukan kebaikan, atau memberitahu orang yang ingin melakukan kebaikan untuk mendatangi orang tertentu, atau memberi nasehat, memberi peringatan, ataumengarang buku yang mengandung ilmu bermanfaat".
(Subul As-Salam vol.4
hlm 170 Diterjemahkan Oleh Dzikir Cinta)
Oleh karena itu wanita
haid yang membangunkan orang lain untuk sahur dan berpuasa maka dia mendapatkan
pahala seperti pahala orang yang sahur dan berpuasa, wanita haid yang
membangunkan orang lain untuk shalat shubuh maka dia mendapatkan pahala seperti
shalat shubuh, wanita haid yang mendorong orang lain Tilawah/ membaca
Al-Qura'n, mencari ilmu, shilaturrahim, shodaqoh dll dia akan mendapatkan
pahala sebagaimana pelaku amal shalih tersebut.
Ketiga, menjamu berbuka puasa
Orang yang menjamu
orang lain untuk berbuka, akan mendapatkan ganjaran sebagaimana yang didapatkan
orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun. At-Tirmidzi
meriwayatkan;
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang memberi makan orang yang berbuka, dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun" (H.R. At-Tirmidzi)
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang memberi makan orang yang berbuka, dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun" (H.R. At-Tirmidzi)
Sampai di sini,
bukankah tampak betapa besar karunia Allah yang diberikan kepada wanita? Dia
tidak ikut lapar dan dahaga, tetapi peluangnya mendapatkan ganjaran sama persis
seperti orang yang berpuasa dan yang beramal shalih yang lain.
Keempat, memperbanyak
istighfar dan shodaqoh
Secara khusus
Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam merekomendasika n wanita agar
memperbanyak istighfar dan shodaqoh karena beliau diperlihatkan bahwa wanita
adalah penghuni neraka yang paling banyak. Saran Rasulullah Shallalahu 'Alaihi
Wasallam ini hendaknya mendapat perhatian lebih para wanita, karena Rasulullah
Shallalahu 'Alaihi Wasallam adalah insan yang paling tahu sesuatu yang paling
menyelamatkan umatnya di akhirat. Istighfar dan Shodaqoh lebih layak
diperhatikan dibulan Ramadhan karena bulan ini adalah bulan yang paling mulia
diantara seluruh bulan. Imam Muslim meriwayatkan;
Dari Abdullah bin Umar
dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
"Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah istighfar.
Karena, aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni
Neraka." (H.R. Muslim)
Kelima, memperbanyak
Dzikir
Wanita dianjurkan
memperbanyak dzikir baik dengan lisan maupun dengan hatinya. Diantara dalil
yang menunjukkan keutamaan Dzikir adalah firman Allah;
"Ingatlah Aku, niscaya aku akan mengingatmu" (Al-Baqoroh; 152)
Diantara lafadz dzikir yang bisa diistiqomahkan adalah lafadz yang diajarkan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam dalam hadis berikut ini;
"Ingatlah Aku, niscaya aku akan mengingatmu" (Al-Baqoroh; 152)
Diantara lafadz dzikir yang bisa diistiqomahkan adalah lafadz yang diajarkan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam dalam hadis berikut ini;
Dari Abu Hurairah
menuturkan; Rasulullah Shallallahu'ala ihiwasallam bersabda: "Ada dua
kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan, dan disukai Arrahman,
Subhanallah wabihamdihi dan Subhaanallahul 'azhiim." (H.R. Bukhari)
Keenam, memperbanyak
doa
Doa adalah ibadah.
Ibadah termasuk amal shalih. Seorang wanita bisa memperbanyak doa di bulan
ramadahan, baik doa Ma'tsur (diriwayatkan) maupun doa Mashnu' (dibuat sendiri),
dengan bahasa Arab maupun bahasa kaum. Diantara Nash yang menunjukkan keutamaan
Doa adalah hadis berikut ini;
Dari An-Nu'man bin Basyir dari nabi SAW beliau bersabda; Doa adalah ibadah (H.R. Abu Dawud)
Dari An-Nu'man bin Basyir dari nabi SAW beliau bersabda; Doa adalah ibadah (H.R. Abu Dawud)
Terutama sekali berdoa
pada sepertiga malam terakhir dan waktu antara Adzan dengan Iqomah, karena
waktu tersebut adalah waktu mustajab. Bukhari meriwayatkan;
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdo'a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni". (H.R.Bukhari)
Dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "tidak akan ditolak, do'a diantara adzan dan iqamat." (H.R.At-Tirmidz i)
Contoh doa yang bisa selalu diamalkan setiap mendengar adzan adalah sebagaimana yang diajarkan dalam hadis berikut ini;
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdo'a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni". (H.R.Bukhari)
Dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "tidak akan ditolak, do'a diantara adzan dan iqamat." (H.R.At-Tirmidz
Contoh doa yang bisa selalu diamalkan setiap mendengar adzan adalah sebagaimana yang diajarkan dalam hadis berikut ini;
Dari Jabir bin
'Abdullah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa berdo'a setelah mendengar adzan: ALLAHUMMA RABBA HAADZIHID
DA'WATIT TAMMAH WASHSHALAATIL QAA'IMAH. AATI MUHAMMADANIL WASIILATA
WALFADLIILAH WAB'ATSHU MAQAAMAM MAHMUUDANIL LADZII WA'ADTAH (Ya Allah. Rabb Pemilik
seruan yang sempurna ini, dan Pemilik shalat yang akan didirikan ini,
berikanlah wasilah (perantara) dan keutamaan kepada Muhammad. Bangkitkanlah ia
pada kedudukan yang terpuji sebagaimana Engkau telah jannjikan) '. Maka ia
berhak mendapatkan syafa'atku pada hari kiamat." (H.R. Bukhari)
Para Fuqoha sepakat pada tiga poin ibadah sebelumnya yaitu, istighfar, dzikir dan Doa tidak disyaratkan yang melakukan harus suci dari hadas baik hadas besar maupun hadas kecil. Artinya seorang wanita yang sedang haid, meskipun dia berhadas besar tidak ada larangan baginya untuk beristighfar, dzikir dan berdoa sepanjang waktu selama mampu.
Para Fuqoha sepakat pada tiga poin ibadah sebelumnya yaitu, istighfar, dzikir dan Doa tidak disyaratkan yang melakukan harus suci dari hadas baik hadas besar maupun hadas kecil. Artinya seorang wanita yang sedang haid, meskipun dia berhadas besar tidak ada larangan baginya untuk beristighfar, dzikir dan berdoa sepanjang waktu selama mampu.
Ketujuh, Tholabul 'Ilmi
(mencari ilmu)
Mencari ilmu termasuk
amal shalih yang bisa dilakukan wanita haid di bulan Ramadhan baik dilakukan
dengan mendatangi majelis ilmu maupun mempelajari isi buku. Banyak Nash yang
menunjukkan keutamaan mencari ilmu. Di bulan Ramadhan biasanya bertaburan
banyak majelis ilmu. Namun, dalam memilih ilmu mana yang dikaji, pilihlah yang
paling bermanfaat bagi dien, dan mulailah mempelajari ilmu-ilmu islam yang
fardhu 'Ain terlebih dahulu. Allah berfirman;
Yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar; 18)
Yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar; 18)
Selain amalan-amalan
ini, wanita juga bisa melakukan amal shalih lain selain ibadah mahdhoh yang
dinyatakan dan dipuji oleh Nash seperti Shobr, Hilm, Ziarah, Shilaturrahim,
menjenguk orang sakit, Amar Ma'ruf Nahi Munkar, Siwak, Qoilulah, dan
sebagainya. Bagi istri, perhebatlah bakti kepada suami di bulan Ramadhan,
karena suami adalah surga dan nerakanya istri.Untuk amalan pada saat 10
terakhir bulan Ramadhan dan lailatul Qodar, wanita yang sedang haid bisa melakukan
amalan-amalan ibadah Mahdhoh yang tidak mensyaratkan kesucian dalam
melakukannya seperti Istighfar, Dziki r, dan doa. Perbanyak pula doa yang
diamalkan 'Aisyah ketika bertanya bacaan yang diucapkan jika tahu kapan
lailatul Qodar. Ibnu majah meriwayatkan;
Dari ''Aisyah bahwa dia
berkata; "Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku ketepatan mendapatkan
malam lailatul Qodar, apa yang harus aku ucapkan?", beliau menjawab:
"Ucapkanlah; ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pema'af mencintai kema'afan,
maka ma'afkanlah daku." (H.R. Ibnu Majah).
*** jadi yah... ternyata banyak amalan-amalan yang bisa kita kerjakan di bulan puasa saat kita (wanita) kedatangan tamu***
0 komentar:
Posting Komentar