Kalau kamu punya begitu banyak mimpi sementara kamu hanya memiliki satu buah
keranjang ukuran sedang untuk menampung semua mimpi-mimpimu dan ternyata
keranjang tersebut tidak cukup muat untuk menampung semua, apa yang akan kamu
lakukan?
Baiklah
kalau pertanyaan itu dikembalikan pada saya, maka jawaban saya tidak sederhana,
tapi juga tidak rumit.
Saya
tidak akan menjawab dengan jawaban; saya akan memenuhi keranjang itu sesuai
dengan kapasitas tampungnya, karena saya pikir mimpi tidak bergantung dari
kapasitas seseorang untuk mampu menampungnya, mimpi itu bisa lebih besar dan
boleh lebih besar dari kapasitas kita, sama seperti seekor semut yang bahkan
mampu membawa beban sepuluh kali lipat lebih besar dari berat badannya.
Saya tidak akan menjawab bahwa saya akan mengurangi jumlah mimpi saya, atau
bahkan memenuhi keranjang itu sampai benar-benar penuh, bahkan kalau perlu saya
menjejalkan semua mimpi itu sampai menggunung.
Baiklah saya egois pada kasus ini, saya tidak mau mengurangi, saya tidak ingin
pula menjejalkan dan memaksakan.
Yang
akan saya lakukan adalah; saya akan melubangi dasar keranjang itu dan saya akan
membuat sebuah kantong yang sangaaaaaaaaaat besar untuk kemudian saya lekatkan
pada dasar keranjang sampai mimpi-mimpi saya muat masuk ke dalamnya. Tidak
mengurangi tidak juga memaksakan. Pas. Semua dalam porsi yang pas. Pas sesuai
kehendak hati saya..:) (Tuhan, terima kasih atas otak dan kecerdasan saya dalam
menemukan ide ini—red) ;P
Bagaimana
ya? Hem, saya kurang sepaham kalau orang membatasi dirinya sendiri atau orang
lain untuk menjadi pribadi-pribadi yang berjiwa besar, bermimpi besar yang
kesemuanya nanti akan difokuskan untuk tujuan kebaikan dan memuliakan diri.
Bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi “khalifah” dan bukan untuk alasan yang
lain.
“Khalifah”
yang saya maksud bisa mempunyai arti ataupun penafsiran yang banyak. Tapi pada
intinya manusia diciptakan untuk “melayani dan menjaga”. Begitulah.
Mungkin
benar kalau sebesar apapun cita-cita kita kalau berangkat dari niat yang tidak
baik mungkin hasil akhirnya juga akan bernasib sama dengan niatnya. Untuk itu,
niat baik menjadi bagian yang sangat penting dari sebuah kesuksesan.
Berani bermimpilah kawan semua, tidak perlu khawatir impian itu mungkin
terkesan muluk dan tidak mungkin. Bagi saya, selama kita percaya bahwa alam
semesta dan pemiliknya (baca: Tuhan) berkata : “terjadilah” kita mau bilang apa
coba? Bukankah Tuhan punya kuasa yang tidak tebatas. Bahkan untuk membuat hal
yang bagi kita tidak masuk diakal sekalipun.
Jadi
percayalah pada kebesaranNya, kekuasaanNya untuk bertindak apapun.
Kalau kita berangkat dari niat yang baik, kita juga berusaha untuk mewujudkan
impian kita itu, pastilah Tuhan “mendengar” pinta kita.
Beranilah
bermimpi kawan!!! Sebesar-besarnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya!!
Ingatkah kita pada sebuah pesan ‘capailah cita-citamu setinggi langit’ ?
Ingatkah kita pada sebuah pesan ‘capailah cita-citamu setinggi langit’ ?
Dulu kala kita kecil, kita begitu bersemangat, kita begitu termotivasi untuk
meraih cita-cita kita. Kemana impian itu pergi, sekarang? Terhimpit
realitaskah? Atau sebenarnya kita terlalu takut untuk bertindak dan melakukan
langkah nyata untuk mewujudkan impian kita?
Saya
rindu pikiran-pikiran anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan selalu bersemangat
untuk belajar banyak hal baru, saya rindu gelak bocah yang polos yang tidak
pernah takut menghadapi hidup yang mereka belumlah paham. Saya rindu untuk
tidak tahu apa-apa. Dan saya rindu melihat semua orang, semua teman yang saya kenal
berani mengejar cita-citanya, dan menjadi “kejutan” di masa yang akan datang.
Hentakkan
kakimu kawan!
Mulai
sekarang!
Berani
bermimpilah!
0 komentar:
Posting Komentar