Pernahkah
kita mencoba mengingat akan masa lalu………..????
Sembilan
bulan aku hidup dalam kandungan sang bunda. Bunda yang selalu membawaku kemanapun
ia pergi. Tak pernah ia berfikir untuk menanggalkanku walau sejenak. Lalu aku
pun lahir, menyapa dunia dengan tangisan.
Bunda
pun selalu ikhlas merawatku dengan penuh kasih sayang. Kadang aku telah begitu
saja mengambil waktu istirahatnya dengan tangis ketika malam datang
Mengganti
popokku yang basah karna aku mengompol, memberikanku air susu ketika aku sedang
lapar. Dan aku hanya bisa menangis saja ketika itu.
Aku
selalu diayun, dipangku dan ditimang-timang. Lalu apa balasanku waktu
itu………..???? aku sering membuat basah baju bunda dengan ompolku. Dan Bunda tak
pernah sekalipun memarahiku.
Usia
kupun beranjak perlahan
Aku
ingat betul saat pertama aku masuk sekolah. Setiap pagi, Bunda selalu
memandikanku, menyuapiku, mengantarku dan menungguiku hingga sekolah usai. Bunda
begitu sabar mengiringi hari ku di sekolah. Dan padahal aku hanya bermain
ketika itu
Lalu
ketika aku beranjak remaja. Bundapun tak henti untuk menghawatirkanku. Ketika dulu
aku sering pulang terlambat dengan berbagai alasaan. Bunda hanya menatap dengan
penuh cemas. Padahal aku hanya bersenang-senang di luar sana dan tak
menghiraukan kekhawatiran bundaku
Saat
hari raya idul fitri akan tiba, bunda membelikan baju, sepatu dan juga celana
baru dengan harapan aku akan merasa senang dengan semua itu. Dan akupun berkata
tidak sopan pada bunda“Ah….bajunya udah kuno gak mau ah” bunda ‘nggak tau selera
anak muda!!!
dan bunda hanya tersenyum saja taka da niatan untuk memarahi/ menjewerku sedikitpun
dan bunda hanya tersenyum saja taka da niatan untuk memarahi/ menjewerku sedikitpun
Saat
aku mengenal cinta. Sering aku membohongi bunda hanya untuk bercinta semata. Dan
bundapun tak pernah lepaskan kasih sayangnya untuk ku. Ketika ayah dan bunda
bilang………”Nak…….mestinya kamu sekolah dulu yang benar….jangan dulu
berpacaran….””
Lantas aku hanya meng-iyakan saja dan tak melaksananakan apa yang diamanahkan ayah dan bunda.
Lantas aku hanya meng-iyakan saja dan tak melaksananakan apa yang diamanahkan ayah dan bunda.
Saat
aku memasuki perkuliahan. Bunda dengan penuh semangat memberikan biaya kuliah
yang setinggi langit. Dan aku, bayak menggunakan uang bunda hanya untuk
bermain-main, dan hanya sedikit uang saja yang aku tabung untuk membeli buku.
Bundaku
sayang, maafkan aku belum bisa memberikan apa-apa untuk ayah ibund. Hanya
prestasi yang tak seberapa ini yang bisa ayah ibund banggakan dariku.
Maafkan
ananda bunda.
Peluk
cium anakmu selalu.
Kutuliskan ini, untuk mengenang bahwa bunda adalah pembawa syurga buat anaknya, mungkin ini tak semua benar, tapi tak mustahil ini terjadi dan ada di dunia ini.
Ibund,
aku menyayangi ibund seperti aku menyayangi syurga Nya.
0 komentar:
Posting Komentar